Nama Panggilan: Tomi, Cimot
Tempat / tangal lahir: Jombang 13 Juli 1985
Orang tua: Jumari (ayah) /Sumiati (ibu)
Status: Menikah
Istri: Fina Dian Sari
Posisi: Gelandang / Deep Playmaker
twitter: @Bustomi_19
Karir Klub :
Persikoba Batu (2004)
Persema Malang (2005-2008)
Arema Malang (2008-...)
Timnas:
Indonesia (2009/2010)
Namanya memang tidak seterang Christian Gonzales atau setenar Irfan Bachdim. Namun dengan permainan yang konsisten, agresif, dan mobilitas tinggi, Ahmad Bustomi, pemain jangkar Timnas Indonesia ini siap menjadi superstar selanjutnya.
Anda semua adalah saksi permainan Ahmad Bustomi di Piala AFF. Atau jika anda Aremania, mungkin anda sudah tahu kualitas permainan wong jombang ini. Tak kenal menyerah, pemberani, dan mampu mengalirkan bola dari belakang ke depan adalah karakter seorang AB19.
Tidak hanya saya, tapi mungkin anda juga sepakat bahwa AB19 perlu mendapatkan apresiasi lebih atas permainannya. Mungkin kalo boleh berandai - andai, MVP AFF Cup 2010 ini 'idealnya' adalah Ahmad Bustomi.
Ahmad Bustomi adalah orang pertama yang langsung berhadapan dengan skema penyerangan lawan, dan Bustomi jualah orang pertama yang melakukan inisiasi penyerangan. Peran ini mirip yang dimainkan Patrick Viera di Arsenal, Andres Iniesta di Timnas Spanyol, Andrea Pirlo di Milan, Sami Khadeira di Timnas Jerman atau Roy Keane di Manchester United.
Perannya bak ‘tukang angkut air’ karena dia bertugas mendistribusi dan mengalirkan bola dari belakang menuju sentrum penyerangan atau yang memutus ritme permainan dan aliran serangan lawan.
Kita doakan semoga AB19 mampu menjaga dan meningkatkan permainannya di lapangan. tidak hanya untuk tim yang dibelanya, tapi juga untuk timnas kedepannya.
Perjuangan Ahmad Bustomi Menjadi Pemain Bola
Ketika masih berkiprah di kompetisi usia muda, Ahmad Bustomi sempat putus asa. Dorongan serta pengorbanan dari kedua orangtua gelandang timnas Indonesia itu menjadikan Bustomi kembali bangkit.
Bustomi merupakan alumni SMP Islam Singosari ini dibesarkan bukan dari keluarga olahragawan. Orang tua Bustomi, pasangan suami-istri Jumari-Sumiati bekerja membuka bengkel cat mobil.
Kegemaran Bustomi akan sepakbola sudah ditunjukkan sejak kecil. Sejak usia 11 bulan seorang Butsomi sudah senang bermain bola. Tomi, panggilan Bustomi di kalangan keluarga, sejak duduk di bangku kelas I SMP sudah meminta dimasukkan ke sekolah sepakbola.
Karena buta akan dunia sepakbola, Jumari meminta putranya memilih sendiri sekolah sepakbola yang disukai. "Kemudian bersama temannya sekolah sepakbola di Unibraw 82. Tiap minggu saya antar pakai motor untuk latihan," kenang Jumari.
Bustomi sudah menunjukkan bakatnya saat berlatih di Unibraw 82, hingga terpilih menjadi tim inti untuk ikut kejuaran sepakbola usia dini. Sampai pada waktunya terpilih dalam seleksi Persema junior.
Sebuah tim paling diimpikan oleh pria yang gemar makan sate tersebut sejak kecil untuk bisa berlaga di dunia sepakbola tanah air.Keputuasaan pernah mendatangi diri Bustomi yakni saat dirinya gagal meraih gelar pemain terbaik pada laga piala Jawa Pos saat masih bergabung di Sekolah Sepakbola Unibraw. Akibat diganjal keras pemain lawan, Bustomi tak mampu melanjutkan pertandingan karena cedera.
Melihat putranya putus asa, Jumari tak tinggal diam. Dirinya langsung meminta Bustomi untuk giat membangun stamina dengan berolahraga."Saya tahu dia jadi malas-malasan setelah itu. Saya akui saya memang bukan pesepakbola. Tapi kemudian saya tanamkan kepada dia untuk selalu lari tiap hari. Agar staminanya kuat. Bustomi langsung menjalankan dengan tiap hari berlari sejauh 11 kilo," ungkap Jumari.
Karir Bustomi perlahan semakin meningkat. Selepas dari Persema junior, dia langsung direkrut bergabung dalam tim Persatuan Sepakbola Kota Batu. Saat itu usia Bustomi masih 16 tahun atau duduk di bangku MA atau SMU.
Jual Perhiasan Untuk Membeli Sepatu
Masih duduk di bangku sekolah, bakat Bustomi terus terlihat di lapangan hijau. Hingga menarik perhatian para pelatih. Dianataranya pelatih seleksi Persema. Ketika bergabung dengan Persatuan Sepakbola Kota Batu, Bustomi mendapatkan kesempatan untuk ikut seleksi.
Kesempatan itu benar-benar dimanfaatkan oleh sulung dua bersaudara ini.
Tapi kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan menjadi ganjalan bagi Bustomi. Satu kenangan yang tak pernah dilupakan bagi Jumari dan Sumiati adalah saat menjual perhiasan untuk bisa membelikan sepatu baru bagi sang anak ketika akan masuk dalam seleksi Persema.
"Pada saat itu sepatu bolanya sobek dan tidak bisa dipakai. Mau beli tak punya uang. Terpaksa saya jual anting-anting seberat 1 gram dan laku 100 ribu. Uang itu untuk membeli sepatu bola," aku Sumiati.
Rasa syukur terucap pada bibir mereka setelah mengetahui putranya lolos seleksi dan bergabung dalam tim Persema Malang. Meskipun kegelisahan sempat terjadi. Karena nama Bustomi diumumkan paling belakang. "Yang dengar adiknya, kemudian bilang ke saya. Rasa syukur kami saat itu tak terhingga," beber Jumari.
Referensi :
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6451320
Posting Komentar